Pendahuluan
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam, Yang telah mengutus Nabi dan Rosul-Nya menjadi penunjuk jalan bagi semesta alam sesuai dengan fitrah dan karakteristiknya masing-masing agar menjadi makhluk yang paling mulia di sisi-Nya.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan ke Haribaan Nabi Muhammad saw, yang telah menyampaikan risalah dengan sempurna, terang, gamblang dan tak akan hilang. Sunnahnya menjadi pijakan bagi semua yang mengikutinya untuk dipraktikkan dalam kehidupannya menuju kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat.
Sunnah dan bid’ah adalah dua kata yang saling berhadap-hadapan dalam memahami ucapan-ucapan Rasulallah saw. Masing-masing tidak dapat ditentukan batas-batas pengertiannya, kecuali jika yang satu sudah ditentukan batas pengertiannya lebih dulu. Tidak sedikit orang yang menetapkan batas pengertian bid’ah tanpa menetapkan lebih dulu batas pengertian sunnah.
Karena itu banyak orang terperosok kedalam pemikiran sempit dan tidak dapat keluar meninggalkannya, dan akhirnya mereka terbentur pada dalil-dalil yang berlawanan dengan pengertian mereka sendiri tentang bid’ah. Seandainya mereka menetapkan batas pengertian sunnah lebih dulu tentu mereka akan memperoleh kesimpulan yang tidak berlainan. Umpamanya dalam hadits berikut ini tampak jelas bahwa Rasulallah saw. menekankan soal sunnah lebih dulu, baru kemudian memperingatkan soal bid’ah.