Pernyataan qaul masyhur bahwa pahala bacaan al-Qur’an tidak sampai
kepada orang mati adalah tidak mutlak, itu karena ada qaul lain dari Imam
asy-Syafi’i sendiri yang menyatakan sebaliknya. Disinilah kita perlu memahami
sebuah kalimat ungkapan karakter bahasa, sebenarnya jika kita mau sedikit
meluangkan Akal untuk sedikit berpikir, maka Ungkapan seperti itu tidak akan
membuat kita heran, kenapa? karena memang sudah semestinya jika bacaan apapun
tidak akan sampai pada Mayat!! bahkan tidak hanya bacaan saja, semua amalan
kita tidak akan sampai ke orang lain, atau mayat. Namun Pemikiran
Salafi/Wahhabi tidak terbuka untuk ini rupanya.
Demikian juga Perkataan jelek atau amalan jelek kita juga tidak akan sampai atau di bebankan kepada Orang lain atau Mayat, jika memang amalan jelek kita itu tidak ada sangkut pautnya dg Orang lain tersebut atau Mayat itu sendiri. Jadi Amalan kita itu sampai atau tidaknya berhubungan dengan kondisi dan hal-hal tertentu, seperti perkataan beliau Imam Syafi’i :
Demikian juga Perkataan jelek atau amalan jelek kita juga tidak akan sampai atau di bebankan kepada Orang lain atau Mayat, jika memang amalan jelek kita itu tidak ada sangkut pautnya dg Orang lain tersebut atau Mayat itu sendiri. Jadi Amalan kita itu sampai atau tidaknya berhubungan dengan kondisi dan hal-hal tertentu, seperti perkataan beliau Imam Syafi’i :
قال الشافعى : وأحب لو قرئ عند القبر ودعى للميت
“asy-Syafi’i berkata : aku menyukai sendainya dibacakan al-Qur’an
disamping qubur dan dibacakan do’a untuk mayyit” [1]
Demikianlah kita harus memahami Perkataan seorang Pembesar Agama
Islam sekaliber Imam Syafi,i melalui para Ulama yang lain, entahlah jika Mereka
Mendaulat Dirinya Setara Dengan Imam Syafi,i?Juga disebutkan oleh al-Imam
al-Mawardi, al-Imam an-Nawawi, al-Imam Ibnu ‘Allan dan yang lainnya dalam kitab
masing-masing yang redaksinya sebagai berikut :
قَالَ الشَّافِعِيُّ رَحِمهُ اللَّه: ويُسْتَحَبُّ أنْ يُقرَأَ
عِنْدَهُ شيءٌ مِنَ القُرآنِ، وَإن خَتَمُوا القُرآن عِنْدهُ كانَ حَسناً
“Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata : disunnahkan agar membaca
sesuatu dari al-Qur’an disisi quburnya, dan apabila mereka mengkhatamkan
al-Qur’a disisi quburnya maka itu bagus” [2]
Kemudian hal ini dijelaskan oleh ‘Ulama Syafi’iyah lainnya seperti
Syaikhul Islam al-Imam Zakariyya al-Anshari dalam dalam Fathul Wahab :
أما القراءة فقال النووي في شرح مسلم المشهور من مذهب الشافعي أنه لا
يصل ثوابها إلى الميت وقال بعض أصحابنا يصل وذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل
إليه ثواب جميع العبادات من صلاة وصوم وقراءة وغيرها وما قاله من مشهور المذهب
محمول على ما إذا قرأ لا بحضرة الميت ولم ينو ثواب قراءته له أو نواه ولم يدع بل
قال السبكي الذي دل عليه الخبر بالاستنباط أن بعض القرآن إذا قصد به نفع الميت
نفعه وبين ذلك وقد ذكرته في شرح الروض
“Adapun pembacaan al-Qur’an, Imam an-Nawawi mengatakan didalam
Syarh Muslim, yakni masyhur dari madzhab asy-Syafi’i bahwa pahala bacaan
al-Qur’an tidak sampai kepada mayyit, sedangkan sebagian ashhab kami menyatakan
sampai, dan kelompok-kelompok ‘ulama berpendapat bahwa sampainya pahala seluruh
ibadah kepada mayyit seperti shalat, puasa, pembacaan al-Qur’an dan yang
lainnya. Dan apa yang dikatakan sebagai qaul masyhur dibawa atas pengertian
apabila pembacaannya tidak di hadapan mayyit, tidak meniatkan pahala bacaannya
untuknya atau meniatkannya, dan tidak mendo’akannya bahkan Imam as-Subkiy
berkata ; “yang menunjukkan atas hal itu (sampainya pahala) adalah hadits
berdasarkan istinbath bahwa sebagian al-Qur’an apabila diqashadkan (ditujukan)
dengan bacaannya akan bermanfaat bagi mayyit dan diantara yang demikian,
sungguh telah di tuturkannya didalam syarah ar-Raudlah”. [3]
Syaikhul Islam al-Imam Ibnu Hajar al-Haitami didalam al-Fatawa
al-Fiqhiyah al-Kubraa:
وكلام الشافعي – رضي الله عنه – هذا تأييد للمتأخرين في حملهم مشهور
المذهب على ما إذا لم يكن بحضرة الميت أو لم يدع عقبه
“dan perkataan Imam asy-Syafi’i ini (bacaan al-Qur’an disamping
mayyit/kuburan) memperkuat pernyataan ulama-ulama Mutaakhkhirin dalam membawa
pendapat masyhur diatas pengertian apabila tidak dihadapan mayyit atau apabila
tidak mengiringinya dengan do’a”. [4]
Lagi, dalam Tuhfatul Muhtaj :
قال عنه المصنف في شرح مسلم: إنه مشهور المذهب على ما إذا قرأ لا
بحضرة الميت ولم ينو القارئ ثواب قراءته له أو نواه ولم يدع له
“Sesungguhnya pendapat masyhur adalah diatas pengertian apabila
pembacaan bukan dihadapan mayyit (hadlirnya mayyit), pembacanya tidak meniatkan
pahala bacaannya untuk mayyit atau meniatkannya, dan tidak mendo’akannya untuk
mayyit”.[5]
Oleh karena itu Syaikh Sulaiman al-Jumal didalam Futuuhat al-Wahab
(Hasyiyatul Jumal) mengatakan pula sebagai berikut :
والتحقيق أن القراءة تنفع الميت بشرط واحد من ثلاثة أمور إما حضوره
عنده أو قصده له، ولو مع بعد أو دعاؤه له، ولو مع بعد أيضا اه
“dan tahqiq bahwa bacaan al-Qur’an memberikan manfaat bagi mayyit
dengan memenuhi salah satu syarat dari 3 syarat yakni apabila dibacakan dihadapan
(disisi) orang mati, atau apabila di qashadkan (diniatkan/ditujukan) untuk
orang mati walaupun jaraknya jauh, atau mendo’akan (bacaaannya) untuk orang
mati walaupun jaraknya jauh juga. Intahaa”.[6]
فرع : ثواب القراءة للقارئ ويحصل مثله أيضا للميت لكن إن كانت
بحضرته، أو بنيته أو يجعل ثوابها له بعد فراغها على المعتمد في ذلك …. (قوله: أما
القراءة إلخ) قال م ر: ويصل ثواب القراءة إذا وجد واحد من ثلاثة أمور؛ القراءة عند
قبره والدعاء له عقبها ونيته حصول الثواب له
“(Cabang) pahala bacaan al-Qur’an adalah bagi si pembaca dan
pahalanya itu juga bisa sampai kepada mayyit apabila dibaca dihadapan orang
mati, atau meniatkannya, atau menjadikan pahalanya untuk orang mati setelah
selesai membaca menurut pendapat yang kuat (muktamad) tentang hal itu,…. Frasa
(adapun pembacaan al-Qur’an –sampai akhir-), Imam Ramli berkata : pahala bacaan
al-Qur’an sampai kepada mayyit apabila telah ada salah satu dari 3 hal :
membaca disamping quburnya, mendo’akan untuknya mengiringi pembacaan al-Qur’an
dan meniatkan pahalanya sampai kepada orang mati.”[7]
Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah:
فالاختيار أن يقول القارئ بعد فراغه: اللهمّ أوصلْ ثوابَ ما قرأته
إلى فلانٍ؛ والله أعلم
“Dan yang dipilih (qaul mukhtar) agar berdo’a setelah pembacaan
al-Qur’an : “ya Allah sampaikan (kepada Fulan) pahala apa yang telah aku baca”,
wallahu a’lam”.[8]
والمختار الوصول إذا سأل الله أيصال ثواب قراءته، وينبغى الجزم به
لانه دعاء، فإذا جاز الدعاء للميت بما ليس للداعى، فلان يجوز بما هو له أولى،
ويبقى الامر فيه موقوفا على استجابة الدعاء، وهذا المعنى لا يخص بالقراء بل يجرى
في سائر الاعمال، والظاهر أن الدعاء متفق عليه انه ينفع الميت والحى القريب
والبعيد بوصية وغيرها
“dan pendapat yang dipilih (qaul mukhtar) adalah sampai, apabila
memohon kepada Allah menyampaikan pahala bacaannya, dan selayaknya
melanggengkan dengan hal ini karena sesungguhnya ini do’a, sebab apabila boleh
berdo’a untuk orang mati dengan perkara yang bukan bagi yang berdo’a, maka kebolehan
dengan hal itu bagi mayyit lebih utama, dan makna pengertian semacam ini tidak
hanya khusus pada pembacaan al-Qur’an saja saja, bahkan juga pada seluruh
amal-amal lainnya, dan faktanya do’a, ulama telah sepakat bahwa itu bermanfaat
bagi orang mati maupun orang hidup, baik dekat maupun jauh, baik dengan wasiat
atau tanpa wasiat”. [9]
Al-Imam al-Bujairami didalam Tuhfatul Habib :
قوله: (لأن الدعاء ينفع الميت) والحاصل أنه إذا نوى ثواب قراءة له أو
دعا عقبها بحصول ثوابها له أو قرأ عند قبره حصل له مثل ثواب قراءته وحصل للقارئ
أيضا الثواب
“Frasa : (karena sesungguhnya do’a bermanfaat bagi mayyit),
walhasil sesungguhnya apabila pahala bacaan al-Qur’an diniatkan untuk mayyit
atau di do’akan menyampainya pahala bacaan al-Qur’an kepada mayyit mengiringi bacaan
al-Qur’an atau membaca al-Qur’an disamping qubur niscaya sampai pahala bacaan
al-Qur’an kepada mayyit dan bagi si qari (pembaca) juga mendapatkan pahala”.
[10]
Al-‘Allamah Muhammad az-Zuhri didalam As-Siraaj :
وتنفع الميت صدقة عنه ووقف مثلا ودعاء من وارث وأجنبي كما ينفعه ما
فعله من ذلك في حياته ولا ينفعه غير ذلك من صلاة وقراءة ولكن المتأخرون على نفع
قراءة القرآن وينبغي أن يقول اللهم أوصل ثواب ما قرأناه لفلان بل هذا لا يختص
بالقراءة فكل أعمال الخير يجوز أن يسأل الله أن يجعل مثل ثوابها للميت فان المتصدق
عن الميت لا ينقص من أجره شيء
“Bermanfaat bagi mayyit yakni shadaqah mengatas namakan mayyit,
misalnya waqaf, dan (juga bermanfaat bagi mayyit yakni) do’a dari ahli warisnya
dan orang lain, sebagaimana bermanfaatnya perkara yang dikerjakannya pada masa
hidupnya, namun yang lainnya tidak memberikan manfaat seperti shalat dan
membaca al-Qur’an, akan tetapi ulama mutakhkhirin menetapkan atas bermanfaatnya
pembacaan al-Qur’an, oleh karena itu sepatutnya berdo’a : “ya Allah
sampaikanlah pahala apa yang telah kami baca kepada Fulan”, bahkan hal semacam
ini tidak hanya khusus pembacaan al-Qur’an saja tetapi seluruh amal-amal
kebajikan lainnya juga boleh dengan cara memohon kepada Allah agar menjadikan
pahalanya untuk mayyit, dan sesuangguhnya orang yang bershadaqah mengatas
namakan mayyit pahalanya tidak dikurangi”. .[11]
Dari beberapa keterangan ulama-ulama Syafi’iyah diatas maka dapat
disimpulkan bahwa qaul masyhur pun sebenarnya menyatakan sampai apabila
al-Qur’an dibaca hadapan mayyit termasuk membaca disamping qubur, [12] juga
sampai apabila meniatkan pahalanya untuk orang mati yakni pahalanya ditujukan
untuk orang mati, dan juga sampai apabila mendo’akan bacaan al-Qur’an yang
telah dibaca agar disampaikan kepada orang yang mati. Sekali Lagi Wahabi Sebagai
Peta Bi’ah Dunia seharusnya membaca lebih teliti.
CATATAN KAKI :
[1] Lihat : Ma’rifatus Sunani wal Atsar [7743] lil-Imam
al-Muhaddits al-Baihaqi.
[2] Lihat : Riyadlush Shalihin [1/295] lil-Imam an-Nawawi ;
Dalilul Falihin [6/426] li-Imam Ibnu ‘Allan ; al-Hawi al-Kabir fiy Fiqh Madzhab
asy-Syafi’i (Syarah Mukhtashar Muzanni) [3/26] lil-Imam al-Mawardi dan lainnya.
[3] Lihat : Fathul Wahab bisyarhi Minhajit Thullab lil-Imam
Zakariyya al-Anshari asy-Syafi’i [2/23].
[4] Lihat : al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubraa lil-Imam Ibnu Hajar
al-Haitami [2/27].
[5] Lihat : Tuhfatul Muhtaj fiy Syarhi al-Minhaj lil-Imam Ibn
Hajar al-Haitami [7/74].
[6] Lihat : Futuhaat al-Wahab li-Syaikh Sulailman al-Jamal
[2/210].
[7] Lihat : Ibid [4/67] ;
[8] Lihat : al-Adzkar lil-Imam an-Nawawi [293]
[9] Lihat : al-Majmu’ syarah al-Muhadzdzab lil-Imam an-Nawawi
[15/522].
[10] Lihat : Tuhfatul Habib (Hasyiyah al-Bujairami alaa al-Khatib)
[2/303]
[11] Lihat : as-Sirajul Wahaj ‘alaa Matni al-Minhaj lil-‘Allamah
Muhammad az-Zuhri [1/344]
[12] Banyak komentar dan anjuran ulama Syafi’iyyah tentang membaca
al-Qur’an di quburan untuk mayyit, sebagaimana yang sebagiannya telah
disebutkan termasuk oleh al-Imam Syafi’i sendiri. Adapun berikut diantara
komentar lainnya, yang juga berasal dari ulama Syafi’iyyah diantara lain :
al-Imam Ar-Rafi’i didalam Fathul ‘Aziz bisyarhi al-Wajiz [5/249]
والسنة ان يقول الزائر سلام عليكم دار قوم مؤمنين وانا ان شاء الله
عن قريب بكم لاحقون اللهم لا تحرمنا أجرهم ولا تفتنا بعدهم وينبغي أن يدنو الزائر
من القبر المزور بقدر ما يدنو من صاحبه لو كان حيا وزاره وسئل القاضى أبو الطيب عن
ختم القرآن في المقابر فقال الثواب للقارئ ويكون الميت كالحاضرين يرجى له الرحمة
والبركة فيستحب قراءة القرآن في المقابر لهذا المعني وأيضا فالدعاء عقيب القراءة
أقرب الي الاجابة والدعاء ينفع الميت
“dan sunnah agar peziarah mengucapkan : “Salamun ‘Alaykum dara
qaumi Mukminiin wa Innaa InsyaAllahu ‘an qariibi bikum laa hiquun Allahumma laa
tahrimnaa ajrahum wa laa taftinnaa ba’dahum”, dan sepatutnya zair (peziarah)
mendekat ke kubur yang diziarahi seperti dekat kepada sahabatnya ketika masih
hidup ketika mengunjunginya, al-Qadli Abu ath-Thayyib ditanya tentang
mengkhatamkan al-Qur’an dipekuburan maka beliau menjawab ; ada pahala bagi
pembacanya, sedangkan mayyit seperti orang yang hadir yang diharapkan
mendapatkan rahmat dan berkah baginya, Maka disunnahkan membaca al-Qur’an di
pequburan berdasarkan pengertian ini (yaitu mayyit bisa mendapatkan rahmat dan
berkah dari pembacaan al-Qur’an) dan juga berdo’a mengiringi bacaan al-Qur’an
niscaya lebih dekat untuk diterima sebab do’a bermanfaat bagi mayyit”.
Al-Imam Ar-Ramli didalam Nihayatul Muhtaj ilaa syarhi al-Minhaj
[3/36] :
ويقرأ ويدعو) عقب قراءته، والدعاء ينفع الميت وهو عقب القراءة أقرب
للإجابة
“dan (disunnahkan ketika ziarah) membaca al-Qur’an dan berdo’a
mengiri pembacaan al-Qur’an, sedangkan do’a bermanfaat bagi mayyit, dan do’a
mengiringi bacaan al-Qur’an lebih dekat di ijabah”
Al-‘Allamah Syaikh Zainuddin bin ‘Abdil ‘Aziz al-Malibari didalam
Fathul Mu’in [hal. 229] :
ويسن كما نص عليه أن يقرأ من القرآن ما تيسر على القبر فيدعو له
مستقبلا للقبلة
“disunnahkan –sebagaimana nas (hadits) yang menerangkan tentang
hal itu- agar membaca apa yang dirasa mudah dari al-Qur’an diatas qubur,
kemudian berdo’a untuk mayyit menghadap ke qiblat”
Imam Ahmad Salamah al-Qalyubiy didalam Hasyiyatani Qalyubi wa
‘Umairah pada pembahasan terkait ziarah qubur :
قوله: (ويقرأ) أي شيئا من القرآن ويهدي ثوابه للميت وحده أو مع أهل
الجبانة، ومما ورد عن السلف أنه من قرأ سورة الإخلاص إحدى عشرة مرة، وأهدى ثوابها
إلى الجبانة غفر له ذنوب بعدد الموتى فيها
“frasa (dan –disunnahkan- membaca al-Qur’an) yakni sesuatu yang
mudah dari al-Qur’an, kemudian menghadiahkan pahalanya kepada satu mayyit atau
bersamaan ahl qubur lainnya, dan diantara yang telah warid dari salafush shalih
adalah bahwa barangsiapa yang membaca surah al-Ikhlas 11 kali, dan
menghadiahkan pahalanya kepada ahl qubur maka diampuni dosanya sebanyak orang
yang mati dipekuburan itu”.
Syaikh Mushthafa al-Buhgha dan Syaikh Mushthafaa al-Khin didalam
al-Fiqhul Manhaji ‘alaa Madzhab al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah [juz I, hal.
184] :
من آداب زيارة القبور: إذا دخل الزائر المقبرة، ندب له أن يسلم على
الموتى قائلاً: ” السلام عليكم دار قوم مؤمنين، وإنا إن شاء الله بكم لاحقون.
وليقرأ عندهم ما تيسر من القرآن، فإن الرحمة تنزل حيث يُقرأ القرآن،ثم ليدع لهم
عقب القراءة، وليهدِ مثل ثواب تلاوته لأرواحهم، فإن الدعاء مرجو الإِجابة، وإذا
استجيب الدعاء استفاد الميت من ثواب القراءة. والله اعلم.
“Diantara adab ziarah qubur : apabila seorang peziarah masuk area
pekuburan, disunnahkan baginya mengucapkan salam kepada orang yang mati dengan
ucapan : Assalamu ‘alaykum dara qaumin mukminiin wa innaa InsyaAllahu bikum laa
hiquun”, kemudian disunnahkan supaya membaca apa yang mudah dari al-Qur’an
disisi qubur mereka, sebab sesungguhnya rahmat akan diturunkan ketika dibacakan
al-Qur’an, kemudian disunnahkan supaya mendo’akan mereka mengiringi bacaan
al-Qur’an, dan menghadiahkan pahala tilawahnya untuk arwah mereka, sebab
sesungguhnya do’a diharapkan di ijabah, apabila do’a dikabulkan maka pahala
bacaan al-Qur’an akan memberikan manfaat kepada mayyit , wallahu ‘alam.”
Hujjatul Islam Imam al-Ghazali didalam kitab monumentalnya yaitu
Ihyaa’ ‘Ulumuddin [4/492] :
ولا بأس بقراءة القرآن على القبور
“tidak apa-apa dengan membaca al-Qur’an diatas qubur”
No comments:
Post a Comment